Hukum Tabur Tuai
By
: Nentri Sepianti
“Hentikan
Hesti!” Terdengar suara teriakan seorang wanita bernama Lia yang tengah mencoba
untuk berlari menuju kedua temannya Hesti dan Jhon yang tengah asyik bercanda
gurau disalah satu kandang hewan yang terletak di pojok sebelah kanan sebuah
kebun binatang.
Selang
beberapa langkah berlari, langkah Lia terhenti oleh sebuah hadangan tangan dari
sosok pria bertubuh tinggi padat atletis yang
membentang luas tepat dihadapan Lia, seakan pria bernama Roy tersebut berusaha
menghambat dan menghentikan langkah Lia untuk menghampiri kedua temannya.
“Jangan
di ganggu Lia, mereka sedang menyelesaikan misi mereka.” Bisik Roy dengan suara
kecil seakan memberi sebuah peringatan dengan nada yang lembut kepada Lia.
Mendengar
peringatan dari Roy, mata Lia langsung memberikan sebuah tatapan yang sangat tajam dari kedua sudut matanya, sungguh kali
ini Lia tidak sepemahaman dengan apa yang telah diucapkan oleh Roy.
“Apa
katamu Roy, melihat situasi seperti ini lantas kita biarkan mereka melakukan
semaunya? Lepaskan Roy!” Ocehan dari mulut Lia semakin terdengar, reaksi
tubuhnya yang bergerak ke kiri dan kanan seakan turut serta memaksa Roy untuk
melepaskan tahanan tangan yang telah berhasil mengikat langkah kaki Lia untuk
melangkah mencapai tujuannya.
***
Lia,
Roy, Hesti dan Jhon merupakan empat sekawanan teman baik, mereka telah menjalin
hubungan keakraban semenjak mereka duduk di bangku kuliah di salah satu universitas
yang ada di daerah jawa barat. Pertemuan yang tidak direncanakan ini sekan
telah mempersatukan mereka dengan caranya sendiri, perbedaan karakter antara
satu dan lainnya seakan sebagai sebuah perekat yang membuat mereka semakin
terlihat menyatu satu sama lainnya.
Lia
merupakan sosok wanita berparas lembut yang memiliki rambut panjang indah
bergelombang seakan menjadi pelengkap kecantikan yang dimilikinya, lain halnya
dengan Hesti yang terlihat sebagai sesosok wanita tangguh yang memiliki kulit
berwarna coklat dengan potongan rambut pendek sebahu yang biasa diikat dengan
satu ikatan terurai.
Roy
merupakan seorang pria berkulit putih bertubuh tinggi padat dan atletis yang
selalu berhasil menahlukan hati para wanita dengan sensasi cool dalam kelihaiannya bermain bola basket, sedangkan Jhon
merupakan sosok pria pecinta seni yang jauh dari bayangan akan kerapian, rambut
kribonya seakan telah bersanding erat dengan sebuah topi yang selalu dikenakannya
terbalik, meskipun demikian pesona Jhon tak kalah jauh dari Roy karena hidung
mancung dan kulit hitam manisnya sangat berhasil membuar para wanita tak
berkedip untuk memandangnya.
Di
antara mereka berempat Hesti dan Jhon memiliki satu hoby yang sama yaitu aktif
menggunakan sosial media bahkan mereka sekarang menyelami aktivitas membuat
sebuah vidio dengan tema tertentu yang dibalut dalam sebuah konsep dokumentasi
yang nantinya akan dimuat dalam sebuah website, lebih fasihnya kita menyebutnya
dengan sebutan vlog.
Sudah
banyak vlog yang telah mereka buat, pastinya semua vidionya mendapatkan dampak
positif bagi para penonton. Setiap pembuatan vidio Hesti dan Jhon selalu
melibatkan Lia dan Roy dibalik kameranya untuk hal penilaian terhadap vlog
mereka sebelum disebar luaskan. Tapi tidak untuk pembuatan vlog kali ini.
***
“Sungguh
aku tidak mengerti apa yang ada dibenakmu Roy, kenapa kau lebih memilih
menahanku dan membiarkan tingkah mereka, ini sudah kelewatan Roy!” Lia masih
memandang sinis, muka putihnya terlihat memerah, sungguh Lia benar-benar telah
di landa emosi yang bergejolak di dalam hatinya.
“Bukan
aku ingin menahanmu Lia, kita biarkan dulu mereka menyelesaikan vidionya,
setelah itu baru kita beri komentar terhadap apa yang telah mereka lakukan.” Sambil
memegang kedua belah pundak Lia, Roy berusaha meyakini lewat perkataan
lembutnya.
“Tidak
Roy, tidak untuk kali ini!” Lia membantah semua perkataan Roy.
“Bukan
aku tidak ingin membiarkanmu Lia, hanya saja aku paham betul apa yang akan
terjadi nantinya” Roy menatap dalam kearah mata Lia sambil berbisik di dalam
hati dengan posisi tangan sambil tetap
memegang erat kedua pundak Lia.
Sungguh
apa yang dilihat Lia kali ini benar benar berada dibawah kewajaran, hanya
karena sebuah vlog agar memproleh kunjungan yang ramai seakan Hesti dan Jhon
berusaha melakukan berbagai macam cara apapun.
***
Untuk
pengisian vidio vlog untuk kali ini, Hesti dan Jhon melibatkan sebuah kebun binatang
yang ada di daerah bandung. Seperti biasa dalam proses pembuatan vidio Hesti
dan Jhon pasti membawa serta Lia dan Roy, ibarat kata sambil menyelam minum air
misi
pembuatan vlog sekaligus dimanfaatkan untuk berlibur bersama sahabat tercinta.
Awalnya
semua berjalan dengan sewajarnya Hesti dan Jhon menerangkan seputar binatang
yang ada dibelakangnya, perlahan mereka mulai mendekai hewan tersebut mencoba
berinteraksi lebih dekat dengan hewan yang menjadi target pembuatan vlognya,
setelah berhasil menahlukan hewan targetnya mereka mulai lebih mendekati diri
dengan memberikan makanan yang telah disediakan oleh pihak kebun binatang yang
dapat kita peroleh dengan harga terjangkau. Sembari menunggu proses pembuatan
vidio selesai, Lia dan Roy menyibukkan diri berjalan jalan mengelilingi seputaran
kebun binatang.
Namun
di pertengahan pembuatan vidio stok makanan yang telah disediakan telah habis sehingga
Hesti dan Jhon berfikiran untuk mengakhiri rekaman vidio mereka untuk hari ini.
Namun ketika Hesti hendak membuka tas ranselnya, ia melihat beberapa minuman
kaleng bersoda tersedia di dalam tasnya, maka terbesit dipikiran Hesti untuk
mengajak Jhon memberikan minuman bersoda tersebut kepada rusa yang masih setia
menunggu di belakang mereka.
Melihat
eksperesi rusa yang candu akan rasa soda yang diberikan, lidah rusa tersebut terlihat
menjulur-julur kearah Hesti dan Jhon pertanda rusa tersebut ingin kembali
merasakan sensasi akan rasa soda yang berhasil menggelitik lidahnya. Melihat aksi
segerombolan rusa tersebut, maka Hesti dan Jhon memutuskan untuk mengabadikan
tingkah konyol tersebut melalui vidio terbaru, sambil diiringi gelak tawa yang
terbahak-bahak.
Dari
kejauhan tenyata Lia melihat tingkah Hesti dan Jhon, dengan sedikit gerakan
gelengan kepala, Lia berniat untuk menghampiri Hesti dan Jhon untuk
menghentikan tingkah konyol mereka, namun gerakan tangan Roy seakan menahan
langkah Lia untuk menghentikan aksi mereka.
“Apa
yang ada di pikaranmu Roy! Teman seperti apa kamu ini yang membiarkan perbuatan
yang salah dilakukan oleh sahabatmu sendiri.” Merasa mendapat sebuah kekuatan, wanita
feminim berambut indah tersebut berhasil memberikan sebuah hentakan keras pada
kedua belah tangan Roy yang membuat tahanan tangan kekar Roy seakan terbuka
dengan lebar. Dengan penuh emosi Lia melangkah menuju Hesti dan Jhon yang
tengah bercanda bersama rusa dan beberapa botol minuman bersoda.
Roy
terlihat pasrah dan melepaskan Lia untuk menuju keberadaan Hesti dan Jhon. Roy
menarik nafas panjang, di pikirannya terbayang betul bagaimana sifat Lia jika
sudah terpancing emosi, ibarat petasan Lia nantinya akan bersikap meledak ledak
untuk meluapkan semua rasa amarahnya.
“Sudah
gila kalian?” Teriakan Lia berhasil memecahkan kegirangan Hesti dan Jhon yang
sedang mempermainkan rusa di tengah terik matahari yang terasa juga menolak
akan perlakuan yang dilakukan oleh Hesti dan Jhon.
Hesti
dan Jhon mendapati heran melihat tingkah temannya yang tiba-tiba menghardik
tanpa ada aba-aba apapun. Beberapa para pengunjung juga terlihat melihat kearah
mereka dengan memasang wajah penuh dengan tanya “ada apakah gerangan”.
“Kamu
kenapa Lia?” Tanya Hesti dengan muka yang masih menaruh rasa heran dengan
tingkah Lia yang menghentikan pembuatan vidio yang telah berangsur beberapa
menit.
“Kalian
yang kenapa, tak seharusnya hanya demi mencapai popularitas kalian seakan
mengandalkan berbagai macam cara untuk hal itu, tega kalian!” Lia meluapkan
kekesalannya bagaikan rentetan letusan petasan yang telah di nyalakan oleh
sambaran api.
“Lihat
ini, apa ini? Minuman bersoda kalian acungkan kehadapan hewan yang telah dijaga
disini.” Gerakan tangan Lia sambil menunjuk dan meraih kaleng-kaleng kosong
yang terletak di tanah tepat di posisi Hesti dan Jhon ketika memberikan minuman
bersoda kepada segerombolan rusa.
“Kamu
kenapa sih. Gak biasanya kamu seperti ini.” Untuk kali ini Jhon angkat bicara
akan teguran Lia yang dinilai kelewatan olehnya, Jhon merasa Lia telah berusaha
mengacaukan pembuatan vidionya pada hari ini.
Jauh
dari relung hati, sebenarnya Lia berniat baik untuk menegur temannya, hanya
saja karena Lia sudah terlanjur larut di dalam emosi ketika melihat kelakuan
temannya tepat di depan kedua matanya, ditambah lagi dengan pergerakan Roy yang
sedari tadi menahan langkah kakinya seakan menjadi sumbu memuncaknya emosi Lia
kala itu.
Roy
hanya bisa terdiam melihat tingkah temannya yang beradu argumen mempertahankan
pendapatnya tersendiri. Inilah hal yang ditakutkan oleh Roy, bukan karena Roy
mendukung penuh dengan tingkah Hesti dan Jhon mengenai vidionya dan bukan pula Roy
tidak mau mendukung penuh keputusan Lia untuk menegur temannya, hanya saja Roy
memilih untuk berkomentar setelah pembutan vidio selesai dan berbicara dari
hati kehati kalau sebenarnya apa yang telah dilakukan oleh Hesti dan Jhon itu
salah.
Puncak
kesabaran Hesti dan Jhon mulai tak tertahankan lagi ketika melihat tangan Lia mengambil alat perekam vidio mereka yang
tengah berdiri dengan topangan sebuah tripod yang berada tak jauh dari hadapan Hesti
dan Jhon. Tanpa ada izin dari Hesti dan Jhon, Lia langsung mematikan vidio
hasil perekaman beberapa menit yang lalu.
Emosi
Jhon berhasil terpancing melihat tingkah laku Lia, ia berdiri dari posisi awal
ketika proses pembuatan vidio lalu memasang badan tepat dihadapan Lia yang sedang
memegang alat perekam tersebut.
Tangan
kanan Jhon terlihat menunjuk nunjuk tegas tepat dihadapan kepala Lia yang masih
memegang perekam vidio yang telah berhasil ia matikan. Kata kasar yang telah
mangkal di hati Jhon akhirnya terkeluarkan juga tentunya hal ini mengganggu
pendengaran siapapun yang mendengarnya dan terasa sakit seperti ada sayatan
halus terselip di hati.
“Kamu
itu sebenarnya dukung gak sih selama pembuatan vidio ini? Apa kamu gak senang,
kalau iya bilang aja?
Melihat
ekspresi Jhon yang dirundung amarah, Roy berlari dengan sangat cepat kearah Lia,
sesegera mungkin Roy menjauhkan Lia dari hadapan Jhon yang tengah membara, disisi
lain Hesti berdiri dengan cepat dari posisi duduk yang berada disamping kanan Jhon
lalu mencoba menarik badan Jhon untuk menjauhi keberadaan Lia.
Mendengar
perkataan yang keluar dari mulut Jhon, mata Lia memandang tak berkedip ke arah Jhon
seakan terlihat seperti berkaca-kaca. Sungguh Lia tidak menduga mendapatkan
kecaman seperti itu, semua berada diluar dugaan.
“Maaf,
bukannya saya tidak senang, tapi setidaknya saya masih mempunyai hati nurani” Suara
Lia terdengar sedikit bergetar, perlahan Lia melepaskan tangan Roy yang menahan
badannya dan memberikan alat perekam vidio di atas permukaan tangan Roy. Lia
memilih untuk pergi melangkah meninggalkan keberadaan Hesti, Jhon, Roy dan
berlalu menghilang dari pandangan mereka.
Melihat
Lia berjalan sendiri dan entah pergi kemana, akhirnya Roy manusia yang tak
pernah banyak bicara itu ikut bersuara.
“Aku
tidak bermaksud untuk membela Lia dan mengatakan Lia benar, hanya saja
perbuatan kalian sebenarnya memang diluar dugaan. Aku tidak pernah melarang kalian
untuk membuat vlog, bahkan aku mendukung sepenuhnya atas apa yang kalian
perbuat. Hanya saja untuk vidio ini sebaiknya jangan di sebar luaskan karena
takut akan berdampak negatif.” Roy berusaha berbicara dengan sangat hati-hati
agar kedua temannya tidak merasa tersinggung tentang perkataannya.
Namun
jiwa sudah terasa berkobar dengan api amarah, semua perkataan baik bisa dipandang
negatif, begitu juga halnya Hesti dan Jhon.
“Sudahlah
sob. Kamu juga tak ada bedanya dengan Lia, tidak pernah seutuhnya mendukung apa
yang kami lakukan.” Jhon melanjutkan lampiasan amarahnya kepada Roy.
Mendengar
perkataan Jhon, Roy tersenyum kecil sambil mengangkat kedua tangannya sebatas
dada seakan pertanda ”terserah”. Perlahan Roy mencoba mendekat ke arah Hesti
dan Jhon seraya menepuk-nepuk pelan diatas permukaan pundak Hesti dan Jhon, suasana
berubah menjadi hening seketika.
Kini
giliran Roy yang berlalu dari hadapan kedua temannya dan memilih pergi menyusul
Lia yang berjalan entah kemana. Sudah bisa dipastikan, sosok wanita berhati
lembut tetapi maniak tersebut sedang mencoba berdamai dengan air yang ada di pelupuk
matanya.
***
Tanpa
menghiraukan perkataan teman temannya Hesti dan Jhon tetap bersikeras ingin
mengeluarkan vidio terbarunya di vlog, hanya saja dibagian akhir sedikit di
edit dan dipotong durasinya karena terdengar suara teriakan Lia kala kejadian
di kebun binatang kemarin.
“Siap
nih pengeditannya.” Jhon berbicara dengan sangat optimisnya sambil memberikan
senyuman terbaiknya untuk Hesti yang kala itu tengah duduk tepat di hadapannya.
“Kamu
siap untuk meluncurkan vidio ini hes?” Jhon kembali bertanya kesiapan Hesti
akan peluncuran vidio ekspresi lucu sirusa mencicipi minuman bersoda.
“Siap
dong, malahan aku udah gak sabar berapa banyak nantinya yang akan menonton dan
mengsubscribe vidio kita.” Mereka saling mengadukan kedua telapak tangan kanan
mereka dengan sedikit hentakan diiringi dengan gelak tawa.
Selang beberapa jam
dari upload vidio vlog mereka, semua
berada diluar dugaan. Berniat memetik mawar tapi malah duri yang terkena, mata Hesti
dan Jhon terbelalak ketika membuka hasil vlognya yang terbaru, berharap
mendapat jumlah like yang banyak dan pujian akan aksi lucu mereka, semua
berbalik arah. Kolom komentar mereka terisikan beribu ocehan dan caci makian
akan perbuatan mereka.
“Lo mau terlihat keren?
Silahkan! Tapi gak usah berlaga seperti ini. Gak ada otak kalian ya!”
“Kamu mau bunuh rusanya
ya? Kalau rusanya keracunan bagaimana?”
“Ini
orang harus diproses nih!”
Banyak
lagi berbagai komentar miring akan vidio kali ini. Hesti dan Jhon hanya bisa
melihat satu sama lain.
“Hapus
Jhon, hapus. Hapus vidio itu sekarang!” Perkataan Hesti terbata-bata, suaranya
terdengar lirih dan bergetar, rasa takut seakan telah berhasil menyelimutinya.
Pastinya Hesti tahu vidio vlog ini sangat cepat tersebar luaskan. Dampak akan
hasil akhirya seakan telah tergambar kuat didalam lamunan Hesti.
“Iya
iya hes. Kamu tenang dong. Jangan buat aku panik” Jhon dengan tergesa gesanya
berusaha menghapus vidio vlog terakhirnya.
Tetapi
perbuatan mereka tidak dapat menutupi kesalahan. Berbagai media masa lainnya
telah berhasil mengabadikan vidio tersebut dan telah disebarluaskan pula ke
khalayak umum. Seakan berpasrah itulah yang ada di pikiran Hesti dan Jhon.
Selang
beberapa hari setelah kejadian itu, beberapa orang dari pihak kebun binatang jawa
barat mendatangi universitas tempat
Hesti dan Jhon kuliah untuk menemui tersangka dalam kasus tersebut, Hesti dan Jhon
dipanggil untuk memastikan kebenaran vidio tersebut.
Rasa
malu telah berhasil menyelimuti Hesti dan Jhon dan mereka mengakui atas
kesalahannya. Pihak kebun binatang tidak membawa kasus ini ke badan hukum,
hanya saja Hesti dan Jhon diberi nasihati oleh pihak kebun binatang agar Hesti
dan Jhon tidak mengulangi perbuatannya lagi. Pihak kampus yang merasa nama baik
universitas sedikit tercemar, maka Hesti dan Jhon di hukum tidak boleh
mengikuti perkuliahan selama satu bulan lamanya.
Rasa
sesal kini telah menyelimuti Hesti dan Jhon, berharap vidio lucunya dapat
menghibur khalayak ramai, tetapi ternyata malah sebaliknya membawa malapetaka, tidak
hanya itu rasa sesal tersebut juga telah berhasil merenggangkan persahabatan
antara Lia, Roy, Hesti dan Jhon. Kini Hesti dan Jhon benar benar merasa sendiri
ditengah keterpurukan yang mereka alami, rasa malu seakan telah menutupi
seluruh permukaan mukanya, ditambah lagi dukungan dari sahabat yang kini sudah
terasa mulai memudar.
***
Di
sebuah cafe yang dihiasi kilauan cahaya kelap-kelip sinaran lampu, tampak
sebuah meja panjang yang berada di pojok kanan yang bertepatan di sebelah
sebuah kaca, lamunan Hesti dan Jhon seakan telah menerawang, serasa hanya
karena vidio yang berdurasi beberapa menit berdampak sangat luar biasa, mungkin
itu lah kehebatan teknologi saat ini hal sekecil apapun dalam hitungan menit
seluruh dunia dapat mengetahuinya.
Lamunan
Hesti dan Jhon tersentak terpecahkan melihat sepasang pria dan wanita berjalan
berdampingan melewati pintu cafe dan berjalan menuju kearah mereka, tersentak mata
Hesti terlihat berkaca-kaca seakan tak mampu membendung air mata yang seakan mendesak
untuk mengalir keluar, disisi lain Jhon terlihat terdiam dan terpaku menatap
kedua temannya dengan tatapan penuh rasa penyesalan.
Perlahan
langkah kaki itu semakin mendekati ke arah Hesti dan Jhon dan berhenti tepat
dihadapan mereka, tanpa ada aba-aba lagi sebuah pelukan hangat langsung
dihantamkan Hesti ke tubuh sepasang pria dan wanita yang datang menghampiri
mereka. Semua keluh kesah seakan tertumpahkan, semua rasa yang terbenam dihati
seakan sedikit bisa terasa lapang.
“Sungguh
kami menyesal atas perbuatan kami Lia” Hesti berbicara terbata-bata dengan
posisi masih utuh memeluk tubuh Lia dan Roy.
“Aku
juga sob, maafin aku. Seharusnya aku bisa berpikiran lebih dewasa waktu itu.” Jhon
berbicara dengan mata memandang kearah lantai yang seakan mengisyaratkan penuh
rasa malu yang menghiasi mukanya.
Sesaat
Lia melepaskan pelukan erat Hesti dan Jhon menaruh kedua tangannya di kedua
belah pipi Hesti sambil mengusap air yang mengalir deras dari ujung matanya.
“Jangan
menangis hes, aku juga minta maaf atas perlakuan kasarku waktu itu. Seharusnya
aku bisa lebih bijak untuk berkata-kata, maafin aku juga ya”
Semua
seakan telah saling menginstropeksi diri masing-masing, sehingga tidak ada lagi
yang merasa bersikap paling benar menyelimuti relung hati.
“Aku
kira kalian akan meninggalkan kami untuk selamanya karena sikap kami ketika di
kebun binatang itu.” Sesaat tangis Hesti tumpah kembali di pelukan Lia
Lia
dan Roy membalas dengan senyuman pernyataan Hesti.
“Itu
tidak akan kami lakukan hes, apalagi dalam keadaan seperti ini. Kami tidak akan
meninggalkan kalian.” Kini semua berpelukan satu sama lainnya.
***