Rabu, 30 Mei 2018

Cerpen (Hukum Tabur Tuai)

Hukum Tabur Tuai
By : Nentri Sepianti

“Hentikan Hesti!” Terdengar suara teriakan seorang wanita bernama Lia yang tengah mencoba untuk berlari menuju kedua temannya Hesti dan Jhon yang tengah asyik bercanda gurau disalah satu kandang hewan yang terletak di pojok sebelah kanan sebuah kebun binatang.
Selang beberapa langkah berlari, langkah Lia terhenti oleh sebuah hadangan tangan dari sosok pria bertubuh tinggi padat atletis yang membentang luas tepat dihadapan Lia, seakan pria bernama Roy tersebut berusaha menghambat dan menghentikan langkah Lia untuk menghampiri kedua temannya. 
“Jangan di ganggu Lia, mereka sedang menyelesaikan misi mereka.” Bisik Roy dengan suara kecil seakan memberi sebuah peringatan dengan nada yang lembut kepada Lia.
Mendengar peringatan dari Roy, mata Lia langsung memberikan sebuah tatapan yang sangat  tajam dari kedua sudut matanya, sungguh kali ini Lia tidak sepemahaman dengan apa yang telah diucapkan oleh Roy.
“Apa katamu Roy, melihat situasi seperti ini lantas kita biarkan mereka melakukan semaunya? Lepaskan Roy!” Ocehan dari mulut Lia semakin terdengar, reaksi tubuhnya yang bergerak ke kiri dan kanan seakan turut serta memaksa Roy untuk melepaskan tahanan tangan yang telah berhasil mengikat langkah kaki Lia untuk melangkah mencapai tujuannya.
***

Lia, Roy, Hesti dan Jhon merupakan empat sekawanan teman baik, mereka telah menjalin hubungan keakraban semenjak mereka duduk di bangku kuliah di salah satu universitas yang ada di daerah jawa barat. Pertemuan yang tidak direncanakan ini sekan telah mempersatukan mereka dengan caranya sendiri, perbedaan karakter antara satu dan lainnya seakan sebagai sebuah perekat yang membuat mereka semakin terlihat menyatu satu sama lainnya.
Lia merupakan sosok wanita berparas lembut yang memiliki rambut panjang indah bergelombang seakan menjadi pelengkap kecantikan yang dimilikinya, lain halnya dengan Hesti yang terlihat sebagai sesosok wanita tangguh yang memiliki kulit berwarna coklat dengan potongan rambut pendek sebahu yang biasa diikat dengan satu ikatan terurai.
Roy merupakan seorang pria berkulit putih bertubuh tinggi padat dan atletis yang selalu berhasil menahlukan hati para wanita dengan sensasi cool dalam kelihaiannya bermain bola basket, sedangkan Jhon merupakan sosok pria pecinta seni yang jauh dari bayangan akan kerapian, rambut kribonya seakan telah bersanding erat dengan sebuah topi yang selalu dikenakannya terbalik, meskipun demikian pesona Jhon tak kalah jauh dari Roy karena hidung mancung dan kulit hitam manisnya sangat berhasil membuar para wanita tak berkedip untuk memandangnya.
Di antara mereka berempat Hesti dan Jhon memiliki satu hoby yang sama yaitu aktif menggunakan sosial media bahkan mereka sekarang menyelami aktivitas membuat sebuah vidio dengan tema tertentu yang dibalut dalam sebuah konsep dokumentasi yang nantinya akan dimuat dalam sebuah website, lebih fasihnya kita menyebutnya dengan sebutan vlog.
Sudah banyak vlog yang telah mereka buat, pastinya semua vidionya mendapatkan dampak positif bagi para penonton. Setiap pembuatan vidio Hesti dan Jhon selalu melibatkan Lia dan Roy dibalik kameranya untuk hal penilaian terhadap vlog mereka sebelum disebar luaskan. Tapi tidak untuk pembuatan vlog kali ini.
***

“Sungguh aku tidak mengerti apa yang ada dibenakmu Roy, kenapa kau lebih memilih menahanku dan membiarkan tingkah mereka, ini sudah kelewatan Roy!” Lia masih memandang sinis, muka putihnya terlihat memerah, sungguh Lia benar-benar telah di landa emosi yang bergejolak di dalam hatinya.
“Bukan aku ingin menahanmu Lia, kita biarkan dulu mereka menyelesaikan vidionya, setelah itu baru kita beri komentar terhadap apa yang telah mereka lakukan.” Sambil memegang kedua belah pundak Lia, Roy berusaha meyakini lewat perkataan lembutnya.
“Tidak Roy, tidak untuk kali ini!” Lia membantah semua perkataan Roy.
“Bukan aku tidak ingin membiarkanmu Lia, hanya saja aku paham betul apa yang akan terjadi nantinya” Roy menatap dalam kearah mata Lia sambil berbisik di dalam hati dengan posisi tangan  sambil tetap memegang erat kedua pundak Lia.
Sungguh apa yang dilihat Lia kali ini benar benar berada dibawah kewajaran, hanya karena sebuah vlog agar memproleh kunjungan yang ramai seakan Hesti dan Jhon berusaha melakukan berbagai macam cara apapun.
***

Untuk pengisian vidio vlog untuk kali ini, Hesti dan Jhon melibatkan sebuah kebun binatang yang ada di daerah bandung. Seperti biasa dalam proses pembuatan vidio Hesti dan Jhon pasti membawa serta Lia dan Roy, ibarat kata sambil menyelam minum air misi pembuatan vlog sekaligus dimanfaatkan untuk berlibur bersama sahabat tercinta.
Awalnya semua berjalan dengan sewajarnya Hesti dan Jhon menerangkan seputar binatang yang ada dibelakangnya, perlahan mereka mulai mendekai hewan tersebut mencoba berinteraksi lebih dekat dengan hewan yang menjadi target pembuatan vlognya, setelah berhasil menahlukan hewan targetnya mereka mulai lebih mendekati diri dengan memberikan makanan yang telah disediakan oleh pihak kebun binatang yang dapat kita peroleh dengan harga terjangkau. Sembari menunggu proses pembuatan vidio selesai, Lia dan Roy menyibukkan diri berjalan jalan mengelilingi seputaran kebun binatang.
Namun di pertengahan pembuatan vidio stok makanan yang telah disediakan telah habis sehingga Hesti dan Jhon berfikiran untuk mengakhiri rekaman vidio mereka untuk hari ini. Namun ketika Hesti hendak membuka tas ranselnya, ia melihat beberapa minuman kaleng bersoda tersedia di dalam tasnya, maka terbesit dipikiran Hesti untuk mengajak Jhon memberikan minuman bersoda tersebut kepada rusa yang masih setia menunggu di belakang mereka.
Melihat eksperesi rusa yang candu akan rasa soda yang diberikan, lidah rusa tersebut terlihat menjulur-julur kearah Hesti dan Jhon pertanda rusa tersebut ingin kembali merasakan sensasi akan rasa soda yang berhasil menggelitik lidahnya. Melihat aksi segerombolan rusa tersebut, maka Hesti dan Jhon memutuskan untuk mengabadikan tingkah konyol tersebut melalui vidio terbaru, sambil diiringi gelak tawa yang terbahak-bahak.
Dari kejauhan tenyata Lia melihat tingkah Hesti dan Jhon, dengan sedikit gerakan gelengan kepala, Lia berniat untuk menghampiri Hesti dan Jhon untuk menghentikan tingkah konyol mereka, namun gerakan tangan Roy seakan menahan langkah Lia untuk menghentikan aksi mereka.
“Apa yang ada di pikaranmu Roy! Teman seperti apa kamu ini yang membiarkan perbuatan yang salah dilakukan oleh sahabatmu sendiri.” Merasa mendapat sebuah kekuatan, wanita feminim berambut indah tersebut berhasil memberikan sebuah hentakan keras pada kedua belah tangan Roy yang membuat tahanan tangan kekar Roy seakan terbuka dengan lebar. Dengan penuh emosi Lia melangkah menuju Hesti dan Jhon yang tengah bercanda bersama rusa dan beberapa botol minuman bersoda.
Roy terlihat pasrah dan melepaskan Lia untuk menuju keberadaan Hesti dan Jhon. Roy menarik nafas panjang, di pikirannya terbayang betul bagaimana sifat Lia jika sudah terpancing emosi, ibarat petasan Lia nantinya akan bersikap meledak ledak untuk meluapkan semua rasa amarahnya.
“Sudah gila kalian?” Teriakan Lia berhasil memecahkan kegirangan Hesti dan Jhon yang sedang mempermainkan rusa di tengah terik matahari yang terasa juga menolak akan perlakuan yang dilakukan oleh Hesti dan Jhon.
Hesti dan Jhon mendapati heran melihat tingkah temannya yang tiba-tiba menghardik tanpa ada aba-aba apapun. Beberapa para pengunjung juga terlihat melihat kearah mereka dengan memasang wajah penuh dengan tanya “ada apakah gerangan”.
“Kamu kenapa Lia?” Tanya Hesti dengan muka yang masih menaruh rasa heran dengan tingkah Lia yang menghentikan pembuatan vidio yang telah berangsur beberapa menit.
“Kalian yang kenapa, tak seharusnya hanya demi mencapai popularitas kalian seakan mengandalkan berbagai macam cara untuk hal itu, tega kalian!” Lia meluapkan kekesalannya bagaikan rentetan letusan petasan yang telah di nyalakan oleh sambaran api.
“Lihat ini, apa ini? Minuman bersoda kalian acungkan kehadapan hewan yang telah dijaga disini.” Gerakan tangan Lia sambil menunjuk dan meraih kaleng-kaleng kosong yang terletak di tanah tepat di posisi Hesti dan Jhon ketika memberikan minuman bersoda kepada segerombolan rusa.
            “Kamu kenapa sih. Gak biasanya kamu seperti ini.” Untuk kali ini Jhon angkat bicara akan teguran Lia yang dinilai kelewatan olehnya, Jhon merasa Lia telah berusaha mengacaukan pembuatan vidionya pada hari ini.
Jauh dari relung hati, sebenarnya Lia berniat baik untuk menegur temannya, hanya saja karena Lia sudah terlanjur larut di dalam emosi ketika melihat kelakuan temannya tepat di depan kedua matanya, ditambah lagi dengan pergerakan Roy yang sedari tadi menahan langkah kakinya seakan menjadi sumbu memuncaknya emosi Lia kala itu.
Roy hanya bisa terdiam melihat tingkah temannya yang beradu argumen mempertahankan pendapatnya tersendiri. Inilah hal yang ditakutkan oleh Roy, bukan karena Roy mendukung penuh dengan tingkah Hesti dan Jhon mengenai vidionya dan bukan pula Roy tidak mau mendukung penuh keputusan Lia untuk menegur temannya, hanya saja Roy memilih untuk berkomentar setelah pembutan vidio selesai dan berbicara dari hati kehati kalau sebenarnya apa yang telah dilakukan oleh Hesti dan Jhon itu salah.
Puncak kesabaran Hesti dan Jhon mulai tak tertahankan lagi ketika melihat tangan Lia  mengambil alat perekam vidio mereka yang tengah berdiri dengan topangan sebuah tripod yang berada tak jauh dari hadapan Hesti dan Jhon. Tanpa ada izin dari Hesti dan Jhon, Lia langsung mematikan vidio hasil perekaman beberapa menit yang lalu.
Emosi Jhon berhasil terpancing melihat tingkah laku Lia, ia berdiri dari posisi awal ketika proses pembuatan vidio lalu memasang badan tepat dihadapan Lia yang sedang memegang alat perekam tersebut.
Tangan kanan Jhon terlihat menunjuk nunjuk tegas tepat dihadapan kepala Lia yang masih memegang perekam vidio yang telah berhasil ia matikan. Kata kasar yang telah mangkal di hati Jhon akhirnya terkeluarkan juga tentunya hal ini mengganggu pendengaran siapapun yang mendengarnya dan terasa sakit seperti ada sayatan halus terselip di hati.
“Kamu itu sebenarnya dukung gak sih selama pembuatan vidio ini? Apa kamu gak senang, kalau iya bilang aja?
Melihat ekspresi Jhon yang dirundung amarah, Roy berlari dengan sangat cepat kearah Lia, sesegera mungkin Roy menjauhkan Lia dari hadapan Jhon yang tengah membara, disisi lain Hesti berdiri dengan cepat dari posisi duduk yang berada disamping kanan Jhon lalu mencoba menarik badan Jhon untuk menjauhi keberadaan Lia.
Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Jhon, mata Lia memandang tak berkedip ke arah Jhon seakan terlihat seperti berkaca-kaca. Sungguh Lia tidak menduga mendapatkan kecaman seperti itu, semua berada diluar dugaan.
“Maaf, bukannya saya tidak senang, tapi setidaknya saya masih mempunyai hati nurani” Suara Lia terdengar sedikit bergetar, perlahan Lia melepaskan tangan Roy yang menahan badannya dan memberikan alat perekam vidio di atas permukaan tangan Roy. Lia memilih untuk pergi melangkah meninggalkan keberadaan Hesti, Jhon, Roy dan berlalu menghilang dari pandangan mereka.
Melihat Lia berjalan sendiri dan entah pergi kemana, akhirnya Roy manusia yang tak pernah banyak bicara itu ikut bersuara.
“Aku tidak bermaksud untuk membela Lia dan mengatakan Lia benar, hanya saja perbuatan kalian sebenarnya memang diluar dugaan. Aku tidak pernah melarang kalian untuk membuat vlog, bahkan aku mendukung sepenuhnya atas apa yang kalian perbuat. Hanya saja untuk vidio ini sebaiknya jangan di sebar luaskan karena takut akan berdampak negatif.” Roy berusaha berbicara dengan sangat hati-hati agar kedua temannya tidak merasa tersinggung tentang perkataannya.
Namun jiwa sudah terasa berkobar dengan api amarah, semua perkataan baik bisa dipandang negatif, begitu juga halnya Hesti dan Jhon.
“Sudahlah sob. Kamu juga tak ada bedanya dengan Lia, tidak pernah seutuhnya mendukung apa yang kami lakukan.” Jhon melanjutkan lampiasan amarahnya kepada Roy.
Mendengar perkataan Jhon, Roy tersenyum kecil sambil mengangkat kedua tangannya sebatas dada seakan pertanda ”terserah”. Perlahan Roy mencoba mendekat ke arah Hesti dan Jhon seraya menepuk-nepuk pelan diatas permukaan pundak Hesti dan Jhon, suasana berubah menjadi hening seketika.
Kini giliran Roy yang berlalu dari hadapan kedua temannya dan memilih pergi menyusul Lia yang berjalan entah kemana. Sudah bisa dipastikan, sosok wanita berhati lembut tetapi maniak tersebut sedang mencoba berdamai dengan air yang ada di pelupuk matanya.
***

Tanpa menghiraukan perkataan teman temannya Hesti dan Jhon tetap bersikeras ingin mengeluarkan vidio terbarunya di vlog, hanya saja dibagian akhir sedikit di edit dan dipotong durasinya karena terdengar suara teriakan Lia kala kejadian di kebun binatang kemarin.
“Siap nih pengeditannya.” Jhon berbicara dengan sangat optimisnya sambil memberikan senyuman terbaiknya untuk Hesti yang kala itu tengah duduk tepat di hadapannya.
“Kamu siap untuk meluncurkan vidio ini hes?” Jhon kembali bertanya kesiapan Hesti akan peluncuran vidio ekspresi lucu sirusa mencicipi minuman bersoda.
“Siap dong, malahan aku udah gak sabar berapa banyak nantinya yang akan menonton dan mengsubscribe vidio kita.” Mereka saling mengadukan kedua telapak tangan kanan mereka dengan sedikit hentakan diiringi dengan gelak tawa.
Selang beberapa jam dari upload vidio vlog mereka, semua berada diluar dugaan. Berniat memetik mawar tapi malah duri yang terkena, mata Hesti dan Jhon terbelalak ketika membuka hasil vlognya yang terbaru, berharap mendapat jumlah like yang banyak dan pujian akan aksi lucu mereka, semua berbalik arah. Kolom komentar mereka terisikan beribu ocehan dan caci makian akan perbuatan mereka.
“Lo mau terlihat keren? Silahkan! Tapi gak usah berlaga seperti ini. Gak ada otak kalian ya!”
“Kamu mau bunuh rusanya ya? Kalau rusanya keracunan bagaimana?”
“Ini orang harus diproses nih!”
Banyak lagi berbagai komentar miring akan vidio kali ini. Hesti dan Jhon hanya bisa melihat satu sama lain.
“Hapus Jhon, hapus. Hapus vidio itu sekarang!” Perkataan Hesti terbata-bata, suaranya terdengar lirih dan bergetar, rasa takut seakan telah berhasil menyelimutinya. Pastinya Hesti tahu vidio vlog ini sangat cepat tersebar luaskan. Dampak akan hasil akhirya seakan telah tergambar kuat didalam lamunan Hesti.
“Iya iya hes. Kamu tenang dong. Jangan buat aku panik” Jhon dengan tergesa gesanya berusaha menghapus vidio vlog terakhirnya.
Tetapi perbuatan mereka tidak dapat menutupi kesalahan. Berbagai media masa lainnya telah berhasil mengabadikan vidio tersebut dan telah disebarluaskan pula ke khalayak umum. Seakan berpasrah itulah yang ada di pikiran Hesti dan Jhon.
Selang beberapa hari setelah kejadian itu, beberapa orang dari pihak kebun binatang jawa barat mendatangi universitas tempat Hesti dan Jhon kuliah untuk menemui tersangka dalam kasus tersebut, Hesti dan Jhon dipanggil untuk memastikan kebenaran vidio tersebut.
Rasa malu telah berhasil menyelimuti Hesti dan Jhon dan mereka mengakui atas kesalahannya. Pihak kebun binatang tidak membawa kasus ini ke badan hukum, hanya saja Hesti dan Jhon diberi nasihati oleh pihak kebun binatang agar Hesti dan Jhon tidak mengulangi perbuatannya lagi. Pihak kampus yang merasa nama baik universitas sedikit tercemar, maka Hesti dan Jhon di hukum tidak boleh mengikuti perkuliahan selama satu bulan lamanya.
Rasa sesal kini telah menyelimuti Hesti dan Jhon, berharap vidio lucunya dapat menghibur khalayak ramai, tetapi ternyata malah sebaliknya membawa malapetaka, tidak hanya itu rasa sesal tersebut juga telah berhasil merenggangkan persahabatan antara Lia, Roy, Hesti dan Jhon. Kini Hesti dan Jhon benar benar merasa sendiri ditengah keterpurukan yang mereka alami, rasa malu seakan telah menutupi seluruh permukaan mukanya, ditambah lagi dukungan dari sahabat yang kini sudah terasa mulai memudar.
***

Di sebuah cafe yang dihiasi kilauan cahaya kelap-kelip sinaran lampu, tampak sebuah meja panjang yang berada di pojok kanan yang bertepatan di sebelah sebuah kaca, lamunan Hesti dan Jhon seakan telah menerawang, serasa hanya karena vidio yang berdurasi beberapa menit berdampak sangat luar biasa, mungkin itu lah kehebatan teknologi saat ini hal sekecil apapun dalam hitungan menit seluruh dunia dapat mengetahuinya.
Lamunan Hesti dan Jhon tersentak terpecahkan melihat sepasang pria dan wanita berjalan berdampingan melewati pintu cafe dan berjalan menuju kearah mereka, tersentak mata Hesti terlihat berkaca-kaca seakan tak mampu membendung air mata yang seakan mendesak untuk mengalir keluar, disisi lain Jhon terlihat terdiam dan terpaku menatap kedua temannya dengan tatapan penuh rasa penyesalan.
Perlahan langkah kaki itu semakin mendekati ke arah Hesti dan Jhon dan berhenti tepat dihadapan mereka, tanpa ada aba-aba lagi sebuah pelukan hangat langsung dihantamkan Hesti ke tubuh sepasang pria dan wanita yang datang menghampiri mereka. Semua keluh kesah seakan tertumpahkan, semua rasa yang terbenam dihati seakan sedikit bisa terasa lapang.
“Sungguh kami menyesal atas perbuatan kami Lia” Hesti berbicara terbata-bata dengan posisi masih utuh memeluk tubuh Lia dan Roy.
“Aku juga sob, maafin aku. Seharusnya aku bisa berpikiran lebih dewasa waktu itu.” Jhon berbicara dengan mata memandang kearah lantai yang seakan mengisyaratkan penuh rasa malu yang menghiasi mukanya.
Sesaat Lia melepaskan pelukan erat Hesti dan Jhon menaruh kedua tangannya di kedua belah pipi Hesti sambil mengusap air yang mengalir deras dari ujung matanya.
“Jangan menangis hes, aku juga minta maaf atas perlakuan kasarku waktu itu. Seharusnya aku bisa lebih bijak untuk berkata-kata, maafin aku juga ya”
Semua seakan telah saling menginstropeksi diri masing-masing, sehingga tidak ada lagi yang merasa bersikap paling benar menyelimuti relung hati.
“Aku kira kalian akan meninggalkan kami untuk selamanya karena sikap kami ketika di kebun binatang itu.” Sesaat tangis Hesti tumpah kembali di pelukan Lia
Lia dan Roy membalas dengan senyuman pernyataan Hesti.
“Itu tidak akan kami lakukan hes, apalagi dalam keadaan seperti ini. Kami tidak akan meninggalkan kalian.” Kini semua berpelukan satu sama lainnya.
***